Rabu, 31 Desember 2014

Geliat Film di Kota Reog

Suasana foto bersama para perwakilan peserta di ruang seminar Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Selasa 30/12/14 | foto : Andik Saputra
Festival Film Ponorogo(FEFO) merupakan wadah teman-teman Ponorogo yang menyukai perfilman. Untuk pertama kalinya, dinas pariwisata dan pihak terkait mengadakan acara ini. Prosesnya sejak oktober sampai akhir desember 2014. Mulai dari seleksi naskah, workshop film sampai pemutaran film dan malam penganugrahan karya film. Acara yang diikuti pelajar dan mahasiswa ini, berlangsung di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Para peserta memberi respon yang cukup positif terhadap acara ini.
“Dari kepemudaan, kita punya gagasan teman-teman yang berada di komunitas-komunitas film. Selain itu, kita juga menangkap dari pelajar dan mahasiswa itu pada waktu liburan kok banyak yang membawa kamera. Kalau kami mengadakan fotografer, sudah ada teman-teman wartawan. Oh film, ide ini yang keluar.” ujar Eko Budi Santoso selaku Kasi kepemudaan dinas pariwisata Ponorogo.
Septian Adi Nugroho, sebagai ketua pelaksana acara, mengamini hal tersebut. Acara ini tidak terlepas dari dukungan dinas pariwisata dan pihak terkait. “Yang terlibat paling tinggi kebudayaan pariwisata dan olahraga. Kemudian dari pengonsep acara, ada kota reog media sama dari Himakom. Kota reog media penghubung kita dengan pariwisata.” ungkap mahasiswa jurusan ilmu komunikasi ini.
Catur Sri Utari, salah satu peserta dari perwakilan kampus di Ponorogo. Menganggap acara ini kesempatan yang baik kedepannya. Ia mendapat pengalaman penting dari acara ini. “Semoga budaya dan keteateran Ponorogo, menjadi maju dan kedepannya semakin banyak yang meminati. Semoga FEFO tahun depan lebih baik.” kata siswi yang mengaku hobi teater ini.
Hal senada, juga diungkapkan Maharani Lintang, perwakilan dari salah satu SMA di Ponorogo. Di mana, film yang dibuat Maharani dan teman-teman kelompoknya. Yang berjudul “RITUAL” keluar sebagai film terbaik di Festival Film Ponorogo 2014. Dari acara ini, ia juga mendapat banyak pengetahuan tentang pembuatan film. “Tahun depan dilanjutin aja acara seperti ini. Pasti banyak manfaat bagi mereka yang ingin belajar film.” imbuhnya.
Pada malam puncak acara, 30 september 2014. Ada beberapa kategori yang mendapat penganugrahan. Kategori pemain terbaik adalah Dwi Prabowo. Perwakilan dari SMA 2 Ponorogo. Kemudian, Andik Sukro perwakilan dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo mendapat kategori sutradara terbaik. Selanjutnya, perwakilan dari SMA Bakti Ponorogo mendapat kategori film terbaik Festival Film Ponorogo 2014. Semua peserta juga mendapat sertifikat.
Eko berharap, acara ini menjadi reguler atau tiap tahun ada. Ia menambahkan, untuk tahun depan dikembangkan dari komunitas-komunitas sineas Ponorogo yang bermunculan. Baik di kalangan pelajar, mahasiswa maupun organisasi pemuda, kita perbolehkan untuk mengikuti acara ini. Pihaknya punya rencana akan memutar film di beberapa tempat di Ponorogo. “Kalau tahun ini yang dipilih 10 film, tahun depan adalah 17 film. Kita ambil 17 sinopsis terbaik, di workshop, lalu kita buat film.” jelasnya.
Septian berharap hal itu bisa terwujud. “Secara umum, mimpi kita di 17 Agustus 2015. Dapat memutar film-film asli Ponorogo di 17 titik di kabupaten Ponorogo. Jadi perayaan 17 Agustus diramaikan film-film karya anak Ponorogo.” paparnya.
“Mudah-mudahan, dari acara ini, kita bisa menelorkan sineas-sineas muda. Mudah-mudahan ini lho, orang-orang Ponorogo punya potensi. Terutama dari anak-anak muda.” tambah Eko.

Ia juga mengajak para pecinta film di Ponorogo. Bergabung mengangkat Ponorogo lewat kreatifitas. Biar Ponorogo menjadi luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar