Geliat Film di Kota Reog
Suasana foto bersama para
perwakilan peserta di ruang seminar Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Selasa
30/12/14 | foto : Andik Saputra
Festival
Film Ponorogo(FEFO) merupakan wadah teman-teman Ponorogo yang menyukai
perfilman. Untuk pertama kalinya, dinas pariwisata dan pihak terkait mengadakan
acara ini. Prosesnya sejak oktober sampai akhir desember 2014. Mulai dari
seleksi naskah, workshop film sampai pemutaran film dan malam penganugrahan karya
film. Acara yang diikuti pelajar dan mahasiswa ini, berlangsung di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Para peserta memberi respon yang cukup positif terhadap
acara ini.
“Dari
kepemudaan, kita punya gagasan teman-teman yang berada di komunitas-komunitas
film. Selain itu, kita juga menangkap dari pelajar dan mahasiswa itu pada waktu
liburan kok banyak yang membawa kamera. Kalau kami mengadakan fotografer, sudah
ada teman-teman wartawan. Oh film, ide ini yang keluar.” ujar Eko Budi Santoso
selaku Kasi kepemudaan dinas pariwisata Ponorogo.
Septian
Adi Nugroho, sebagai ketua pelaksana acara, mengamini hal tersebut. Acara ini
tidak terlepas dari dukungan dinas pariwisata dan pihak terkait. “Yang terlibat
paling tinggi kebudayaan pariwisata dan olahraga. Kemudian dari pengonsep acara,
ada kota reog media sama dari Himakom. Kota reog media penghubung kita dengan
pariwisata.” ungkap mahasiswa jurusan ilmu komunikasi ini.
Catur
Sri Utari, salah satu peserta dari perwakilan kampus di Ponorogo. Menganggap
acara ini kesempatan yang baik kedepannya. Ia mendapat pengalaman penting dari
acara ini. “Semoga budaya dan keteateran Ponorogo, menjadi maju dan kedepannya
semakin banyak yang meminati. Semoga FEFO tahun depan lebih baik.” kata siswi
yang mengaku hobi teater ini.
Hal
senada, juga diungkapkan Maharani Lintang, perwakilan dari salah satu SMA di
Ponorogo. Di mana, film yang dibuat Maharani dan teman-teman kelompoknya. Yang
berjudul “RITUAL” keluar sebagai film terbaik di Festival Film Ponorogo 2014.
Dari acara ini, ia juga mendapat banyak pengetahuan tentang pembuatan film.
“Tahun depan dilanjutin aja acara seperti ini. Pasti banyak manfaat bagi mereka
yang ingin belajar film.” imbuhnya.
Pada
malam puncak acara, 30 september 2014. Ada beberapa kategori yang mendapat penganugrahan.
Kategori pemain terbaik adalah Dwi Prabowo. Perwakilan dari SMA 2 Ponorogo.
Kemudian, Andik Sukro perwakilan dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo
mendapat kategori sutradara terbaik. Selanjutnya, perwakilan dari SMA Bakti
Ponorogo mendapat kategori film terbaik Festival Film Ponorogo 2014. Semua
peserta juga mendapat sertifikat.
Eko
berharap, acara ini menjadi reguler atau tiap tahun ada. Ia menambahkan, untuk
tahun depan dikembangkan dari komunitas-komunitas sineas Ponorogo yang
bermunculan. Baik di kalangan pelajar, mahasiswa maupun organisasi pemuda, kita
perbolehkan untuk mengikuti acara ini. Pihaknya punya rencana akan memutar film
di beberapa tempat di Ponorogo. “Kalau tahun ini yang dipilih 10 film, tahun
depan adalah 17 film. Kita ambil 17 sinopsis terbaik, di workshop, lalu kita
buat film.” jelasnya.
Septian
berharap hal itu bisa terwujud. “Secara umum, mimpi kita di 17 Agustus 2015.
Dapat memutar film-film asli Ponorogo di 17 titik di kabupaten Ponorogo. Jadi
perayaan 17 Agustus diramaikan film-film karya anak Ponorogo.” paparnya.
“Mudah-mudahan,
dari acara ini, kita bisa menelorkan sineas-sineas muda. Mudah-mudahan ini lho,
orang-orang Ponorogo punya potensi. Terutama dari anak-anak muda.” tambah Eko.
Ia
juga mengajak para pecinta film di Ponorogo. Bergabung mengangkat Ponorogo
lewat kreatifitas. Biar Ponorogo menjadi luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar