Kamis, 05 Juni 2014



Reog Ponorogo Masuk Kampus


Group Reog Manggolo Mudha Yogyakarta ikut memeriahkan Pekan Budaya Masuk Kampus di Universitas Negeri Yogyakarta(UNY), Minggu(1/6/2014). Foto | Andik Saputra.
Dinas Kebudayaan DIY, UNY dan Humanisma mengadakan Pekan Budaya Masuk Kampus(PBMK). Acara ini berlangsung 31 Mei – 6 Juni 2014. Lebih dari 20 kesenian tampil di pendopo Tejokusumo Fakultas Bahasa dan Seni UNY(Universitas Negeri Yogyakarta). Salah satunya adalah Group Reog Manggolo Mudho Yogyakarta.
Group Reog ini pentas pada minggu malam jam Sembilan. Ada kejadian unik saat pemain reog beraksi. Sebagian penonton perempuan sempat menjerit. Karena dadak merak sedikit menyentuh lampu gantung di pendopo Tejokusumo. Walaupun jeritannya berlangsung beberapa kali, tidak mengurangi aksi pemain reog yang tetap menghibur penonton.
Aksi pertunjukan reog yang berlangsung sekitar 20 menit ini. Mendapat sambutan tepuk tangan para penonton. Seusai acara, sebagian penonton berfoto dengan para pemain dan reog. Senyum para pemain mengembang karena telah berhasil menghibur penonton di Tejokusumo UNY.
 Penari siap masuk panggung.

 Penari warok gagah berani.

Penari jathilan beraksi.

 Penari ganongan nan lincah.

 Siaga siap berperang.

Sang Prabu Klono Sewandono memberi perintah.
 
Penabuh gamelan mengiringi tarian.

Tepuk tangan para penonton.

Keceriaan penari.

Foto bareng dulu.

Senin, 19 Mei 2014

Festival Media Berkunjung di Surabaya
Suasana Seminar Media Lokal Menantang Perubahan di JX INTERNATIONAL Surabaya, Jumat (16-5-2014). Foto | Andik Saputra

Seiring berjalan waktu, tahun 2014, Aliansi Jurnalis Independen(AJI) genap 20 tahun. Salah satu rangkaian kegiatan 20 tahun AJI adalah Festival Media. Setelah Bandung dan Surabaya, kini Festival Media berkunjung ke Surabaya.
Adapun acara dalam Festival Media, workshop dan talkshow yang meliputi fotografi dengan gadget, jurnalisme video, membuat film pendek, menjadi presenter, teknik penulisan travelling dan kuliner. Lalu, ada beberapa lomba yang meliputi lomba stand up comedy, lomba pidato mirip capres, lomba foto in location, dan lomba media kampus.
Acara yang berlangsung 16-17 Mei 2014 ini cukup meriah. Mulai dari pelajar, mahasiswa, sampai wartawan berkunjung ke Festival Media. Ada yang sekedar melihat pameran stand. Ada juga yang mengikuti beberapa lomba di Festival Media.
Tujuan dari acara ini adalah untuk memberikan ruang bagi jurnalis, pengelola media massa baik cetak, online, televisi, radio, media komunitas maupun kalangan pemangku kepentingan media untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Harapan dari acara ini, memperkenalkan media cetak atau elektronik sedini mungkin bagi masyarakat lokal dan sekitarnya. Agar masyarakat lebih cepat mendapatkan banyak informasi dan memilah informasi yang baik untuk dikonsumsi.

Suasana pintu masuk Festival Media.

Lomba menggambar untuk pelajar.
Pengunjung yang sedang berdiskusi hasil foto.
List peserta workshop fotografi dengan gadget.
Suasana stand dari lantai dua.
Suasana stand Trans7.
Salah satu peserta presenter di stand VOA.
Live streming dengan wartawan VOA di Amerika.


Minggu, 04 Mei 2014

Menolak Lupa dengan Film

Suasana peringatan hari kebebasan pers di Gedung Bentara Budaya Yogyakarta(BBY) oleh Aliansi Jurnalis Independen(AJI) Yogyakarta. Ada pemutaran film mengenai kasus Udin dan pembacaan puisi Wiji Thukul, Sabtu(3/5/2014). Foto | Andik Saputra

Memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia(3/5), Aliansi Jurnalis Independen(AJI) Yogyakarta mengadakan acara pemutaran film wartawan Udin. Selain itu, ada performance art Serikat Pengamen Indonesia(SPI) dan pembacaan puisi Udin serta renungan hari kebebasan pers. Bukan hanya itu saja, ada angkringan, sablon kaos Udin, dan stiker yang semuanya gratis.
Acara ini, dihadiri beberapa teman-teman pers. Baik dari dari pers kampus dan media masa. Pihak keluarga, Marsiyem sebagai istri dan Zulkarnaen Wikanjaya sebagai anak duduk di antara para penonton.
Acara di mulai jam 19.00, mulai dari sambutan, performance art Serikat Pengamen Indonesia(SPI), pemutaran film kasus Udin sampai pembacaan puisi oleh Fajar Merah(anak Wiji Thukul).
Harapannya, kasus wartawan Udin bisa segera selesai. Karena kasus ini sudah terjadi semenjak tahun 1996. Di bunuh karena berita, itulah peristiwa yang menggores luka. Kisah seperti ini hendaknya dijadikan pelajaran untuk para wartawan. Agar tidak ada kasus serupa yang akan terjadi lagi.


Penonton mengisi buku tamu.

Suasana menjelang pemutaran film.

Seorang penonton yang mengambil gambar poster Udin.

Fajar Merah menyanyikan lagu "Kebenaran akan Terus Hidup".


Kamis, 01 Mei 2014

Menggigil

Sendiri, kedatangan ; sepi
Kesepian ini menggigil tidak pasti
Tangan ini, menggigi, menggigil, dan masih menggigil
Sampai kedua kaki
Berjalan menuju harapan
Berlari memukul harapan
Berhenti di sudut kenyataan
Melawan pahitnya kehidupan
Aku terus melangkah, menerjang sunyi
Meski lelah memeluk diri
Ku bungkam kisah dengan mimpi-mimpi
Bersama darah, mengalir di sela-sela pagi

Aku masih berdiri
Menatap cerita hari ini
Walau tubuh menggigil, meraih esok hari
Aku percaya, masa depan akan mengunjungi
Belajar memimpin tubuhku
Sebelum meminta, bantuan makhluk di bumiku
Hujan ujian, sampai ke hatiku
Menanti derasnnya, hingga memperkokoh pundakku
Aku bersua dalam keheningan malam
Membelanh senyap di lautan ketenangan
Bayangan membisu menuju kedamaian
Tubuh ini masih menggigil…

Melewati… Pagi…

Sabtu, 26 April 2014

Air Tanah Negeriku
Karya : Andik H.S.
Senyum mentari pagi
Membasuh luka penduduk Negeri
Petani. Nelayan, Buruh dan rakyat kecil lainnya
Masih menghirup udara ketidakadilan
Hujan turun, di sudut mata
Mengalir membawa duka
Janji manis, uang panas sampai bencana
Semua berkumpul di bawah sepatunya

Nasib petani padi
Tak sebanding dengan keringatnya
Nasib petani kedelai
Tak segurih kelezatannya
Nasib petani tebu
Tak semanis rasannya

Banyak kapal di Negeriku
Tapi sebagian berganti bendera
Saat berada di Negara lain
Ratusan pejabat di Negeriku
Sebagian memakai kerah putih
Kemudian rupiah menyerang rumahnya

Membuka diri, membaca hati
Menerjang ketidakadilan, memukul ketidakjujuran
Aku berpijak dengan harapan
Negeriku, punya masa depan

Wahai saudaraku
Sebangsa tanah dan sebangsa air

Akar kejujuran adalah, kebiasaan

Senin, 17 Maret 2014

Tulisan Nyentrik Raditya Dika
Karya Raditya Dika, yang saya baca pertama kali adalah Kambing Jantan. Waktu itu, saya masih kelas dua SMA kalau tidak salah. Cerita harian Raditya Dika yang dibalut dengan bumbu-bumbu kelucuan. Membuat saya tertarik menulis tulisan ini. Saya suka dengan tulisannya yang cukup menghibur. Berbeda dengan buku harian saya, yang bercerita tentang persahabatan dan cinta. Bumbu kelucuannya tidak terlalu banyak.
Semasa kuliah di Yogyakarta. Pada semester empat(2014), saya mulai menonton karya Raditya Dika yang telah difilmkan. Film pertama yang saya tonton justru bukan Kambing Jantan, Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh.  Namun, Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon. Filmnya keren, cerita tentang remaja dengan kisah cintanya. Memang menarik untuk ditonton.
Dari tiga film yang pernah aku tonton. Manusia Setengah Salmon memberikanku nasehat yang cukup mengena dihati. Kita itu bukan bisa Move on, tetapi harus Move on. Nasehat yang keren.


Selasa, 11 Maret 2014

Surat Kecil Untuk Tuhan
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
terjadi pada orang lain
Itulah potongan puisi dalam film Surat Kecil Untuk Tuhan. Makna di dalam puisi tersebut cukup dalam. Mungkin karena Gita sudah sering membuat puisi. Pemilihan diksi cukup bagus, sehingga membuat irama yang indah. Selain itu, ia membuat puisi ini dengan ketulusan hati. Apapun yang datangnya dari hati, sampainya juga ke hati. Itulah yang aku rasakan ketika membaca puisi yang satu ini.
Film ini membuat mataku berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata. Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata. Remaja yang terkena kanker ganas. Tetapi, tidak mengeluh menghadapi cobaan tersebut.

Terima kasih Gita Sesa Wanda Cantika. Kamu sudah mengajarkan, betapa pentingnya bersyukur atas nikmat Tuhan yang telah diberikan. Pentingnya menghargai waktu, dan betapa pentingnya keberadaan orang-orang terdekat kita. Semoga, Tuhan Yang Maha Esa, menerima semua amal kebaikanmu.